Posts Tagged ‘#PilihanKuSatu’

Prabowo is a leader

1398993880710.jpg-620x349

Saat yang dinanti seluruh masyarakat Indonesia pun tiba. Senin 9 Juni 2014 menjadi tonggak sejarah perpolitikan Indonesia dengan acara debat capres-cawapres yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Capres Prabowo Subianto dalam paparannya menyatakan tujuan negara merdeka adalah agar masyarakatnya dapat hidup sebagai bangsa yang adil dan sejahatera. Namun hal itu dinilainya jauh dari harapan lantaran kekayaan negara terus diambil keluar negeri.

Salah satu sebab kenapa Prabowo berjuang dan bekerja keras dengan tujuan menyelamatkan kekayaan negara, menyelematkan kekayaan bangsa hingga demokrasi yang dibangun akan menjadi demokrasi yang produktif. Demokrasi yang memberikan kebaikan dan perbaikan hidup bagi rakyat kita sehingga kesejahteraan akan dirasakan generasi bangsa Indonesia. Dengan pemerintahan yang bersih dengan niat dan politik yang keras untuk memberantas korupsi nenghasilkan manajemen yang baik, yang ujungnya akan tercipta kepastian hukum.

Keunggulan Prabowo Subianto khususnya saat debat kandidat kali ini adalah Prabowo mampu berbicara dan menjelaskan visi-misinya dalam skala yang lebih besar, yaitu sebuah negara bukan kota. Presiden PKS Anis Matta mengatakan “Ada Satu yang sangat mendasar dalam debat yang sama-sama telah kita saksikan, Yang satu bicaranya negara, yang satu bicara kota, jadi bedanya pada skala, dan kata orang pintar, perbedaannya bukan pada kata negara dan kota tapi pada tingkat pengetahuan mengelolanya,”

Calon presiden Prabowo Subianto mengingatkan, kepada tim pendukungnya jangan terlibat kampanye hitam pada Pemilu Presiden 9 Juli 2014. “Saya minta tolong jangan mau tim kampanye ikut-ikutan taktik dan teknik yang menjelek-jelekkan orang. Kalau kita dijelek-jelekkan biarlah Tuhan yang menentukan. Semakin difitnah kita balas dengan kebaikkan,” Prabowo disela Rapat Pemantapan Tim Pemenang Pasangan Prabowo-Hatta Jawa Tengah, di Solo

Serangan kubu lawan pada Debat Capres-Cawapres kali inipun sedikit panas ketika cawapres Jusuf Kalla memang tidak pernah move on dengan “menyerang” Prabowo Subianto mengenai isu HAM, isu yang memang sejak awal selalu digunakan kubu lawan untuk menyudutkan Prabowo. Namun Prabowo arif dengan penuh kesabaran terhadap apa yang disasar JK. “Saya paham kemana arah pertanyaan ini,” “Saya adalah orang yang paling keras berjuang soal HAM di negeri ini. Saya sekian puluh tahun adalah abdi Negara yang membela hak asasi manusia. Kami melawan kelompok radikal yang mengancam keselamatan nega­ra,” ujar Prabowo.

Kesan tegas kadangkala lebih terkalahkan dengan asumsi kasar dan keras. Opini yang terbentuk oleh media memang mencerminkan bahwa sosok Prabowo memang bukan figur kesayangan media, tak pernah menjadi narasumber wartawan untuk berita-berita politik, sosial atau budaya. One of my weaknesses is dealing with the media, with the people like you. Bisa dibayangkan, betapa tidak nyaman manakala wartawan silih berganti datang kepadanya dengan pertanyaan yang diulang-ulang : “Apakah anda bertanggung jawab atas penculikan aktivis? Kenapa anda merencanakan kudeta? Kenapa anda dipecat?”

Menjawab pertanyaan JK “Saya memimpin tiga puluh empat battalion waktu itu. Jika saya mau ambil alih kekuasaan, apakah ada yang bisa mencegah saya? Dan cukup banyak yang mendorong saya untuk itu. Tapi itu tidak saya lakukan. Kenapa? Karena saya prajurit. Dan prajurit itu penjunjung dan penjaga konsititusi,” tegasnya suatu saat kepada seorang wartawan asing, dalam bahasa Inggris yang sangat bagus.

Dengan mencalonkan diri sebagai capres peluangnya lebih besar dari waktu-waktu sebelumnya, untuk mendapatkan serangan kepadanya soal HAM dari kubu lawan. Kepiawaian seorang Prabowo mungkin bisa disejajarkan dengan para orator dunia namun dalam debat capres kali ini dia tampil sangat ‘biasa-biasa saja’. Padahal ekspektasi orang Prabowo akan tampil sebagai pendebat ulung, dan itu tidak susah baginya. Justru kesan tidak mau mengungguli pihak lawan sangat kental terbaca.

Banyak catatan yang bisa dihujamkan ke kubu lawan seperti menanyakan soal kasus korupsi Trans-Jakarta, atau ingkar janjinya kepada masyarakat Jakarta. Tidaj dia tidak menyerang. Counter back yang tersirat cukuplah masyarakat mampu membacanya tanpa harus menyebutkan secara gamblang. Prabowo tidak ‘membongkar’ atasannya namun cukup dengan menyarankan Kalla untuk bertanya kepada atasannya sudah membuat wajah lawan merah padam. Padahal Prabowo tidak bilang “Atasan saya sekarang berada di kubu anda.” namun hal itu tidak beliau lakukan.

Prabowo bagaikan air di padang gersang yang menginginkan Indonesia berdaulat, terhormat dan bermartabat. Pantaslah kalau rakyat Indonesia menaruh harapan dan kepercayaan pada sosok Prabowo ya dialah sang leader bukan hanya seorang manager. Ternyata tidak selamanya black campaign atau negatif campaign itu menjatuhkan malah sebaliknya bisa menguntungkan